Kader HMI Cabang Medan : Bobby Nasution Antara Ilusi dan Candu

Sebarkan:
Bobby Nasution Bakal Calon Gubernur Sumatera Utara 

MEDAN |
Majunya Bobby Nasution sebagai salah satu bakal calon Gubernur Sumatera Utara menyadarkan kita bahwa kekuasaan memang membuat seseorang kecanduan.

Inilah yang disampaikan Kader HMI Cabang Medan Ade Siregar, kekuasaan itu pada akhirnya membuat seseorang menjadi ilusionis. Menganggap segala sesuatu bisa di dapatkan.

"Bahayanya adalah apabila orang yang berilusi tentang kekuasaan akibat kecanduan, tidak lagi mempergunakan akal sehat untuk mengelola urusan publik, itulah sebenarnya sumber dari korupsi karena ada ilusi untuk melanggengkan kekuasaan tanpa ada distribusi keadilan," ungkapnya Senin (21/10/2024).

Janji-janji politik Bobby Nasution yang tidak tuntas selama menjabat sebagai Wali Kota Medan menjadi pukulan telak bagi akal sehat.

"Tidak tuntas nya persoalan banjir, tidak terlaksananya janji Bobby yang katanya akan meringankan hidup kaum pekerja atau buruh, mulai dari bus jemputan hingga rumah susun (rusun) yang murah dan layak huni, Tidak tuntas nya janji memasang 20.000 kamera pengawas (CCTV) demi memberi jaminan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat di Kota Medan, tidak terdistribusikan nya kemakmuran dan kesejahteraan disaat masyarakat masih dibekap kemiskinan," sebut Ade

Tidak adanya solusi pendekatan terhadap golongan pemuda untuk membuka lapangan pekerjaan yang mengakibatkan kekacaun koordinasi karena banyaknya pengangguran sehingga membuat maraknya kejahatan dan kekerasan seperti begal dan geng motor yang meresahkan masyarakat Kota Medan.

"Bobby Nasution hanya merangkul dan merawat para influencer, selebgram, tiktokers untuk membranding diri mempersiapkan dirinya berkontestasi dalam pemilihan calon gubernur sumatera utara," ujarnya

Di lain sisi, dugaan bermain tambang (blok medan), gratifikasi jet pribadi yang sangat melukai moral publik. Bobby Nasution terjerembab dalam sisi gelap politik kekuasaan, yang mengutamakan keuntungan pribadi keluarga dan kroni (politik pragmatis) dari pada kepentingan publik (politik etis).

"Ambisi kekuasaan yang tidak terkontrol cepat atau lambat bakal berujung pada tragedi," tandasnya.
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini